SeriPekabaran Injil di Daerah Pekabaran Injil dan Gereja di Nias dan Pulau-pulau Lain Lepas Pantai Sumatera (1865-sekarang) Pekabaran Injil dan Gereja-gereja di Daerah Sulawesi Utara (di Luar Minahasa) Pekabaran Injil dan Gereja di Sumba; Pekabaran Injil di Indonesia dari Tahun 1500 sampai Tahun 1800; Pos Ketiga: Amurang; Sulawesi Selatan
PeraturanPemerintah No.56/1951 tentang Pembentukan Gabungan Sulawesi Selatan. Dengan demikian daerah gabungan tersebut dibubarkan dan wilayahnya dibagi menjadi 7 tujuh daerah swatantra. Satu di antaranya adalah daerah Swatantra Luwu yang mewilayahi seluruh daerah Luwu dan Tana Toraja dengan pusat Pemerintahan berada di Kota Palopo.
Padaumumnya Islam berkembang di Sulawesi Selatan dengan damai dan apa adanya. Disamping adanya konsensus yang disebutkan di atas, para da'i Muslim juga terhitung cepat beradaptasi dengan kepercayaan ini. Memang terdapat kerajaan yang pada mulanya enggan langsung menerima Islam sebagai agama Istana dan rakyat, namun itu tidak seberapa.
F1xutO. p>This article aims to describe how the islamization process in South Sulawesi takes place approximately 17th century reviewed from Islam history, particularly related to when, who, where, and from where. Islamization in South Sulawesi took place in approximately 16M, has made social change for local people. The change at least occurs by religion shift among people from previously Hindu-Buddhist to new religion, that is Islam. Islamization in South Sulawesi using top down pattern. It means that for the initial stage, Islam is accepted by the king then society officially embraces Islam. In the islamization context in South Sulawesi, this area is a bit late accepting Islam compared with other areas in the eastern part of Indonesia such as Maluku, and Kalimantan. However, the trading relationship with other kingdoms has occured since long time ago. The area which initially embraces Islam in South Sulawesi is The Gowa-Tallo Kingdom. The kingdom is also the first which declares Islam as the official religion in the kingdom. Likewise, the clerics dan the king have extremely big role for islamization in South Sulawesi. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana proses islamisasi di Sulawesi Selatan yang berlangsung sekitar abad ke 17 M ditinjau dari sejarah islam, terutama menyangkut kapan, siapa, di mana, dan dari mana. Islamisasi di Sulawesi Selatan yang berlangsung sekitar abad ke 16M, telah membawa perubahan sosial terhadap masayarakat setempat. Setidaknya perubahan itu berlangsung melalui beralihnya agama masyarakat, dari agama yang sebelumnya bersifat Hindu-Budha ke agama baru, yaitu yang berlangsung di Sulawesi Selatan berlangsung melalui pola dari atas ke bawah top down. Artinya, pada tahap awal Islam diterima oleh Raja, lalu setelah itu rakyat secara resmi memeluk agama Islam. Dalam konteks Islamisasi di Sulawesi Selatan, kawasan ini agak terlambat menerima agama Islam dibandingkan dengan kawasan lain di Timur Nusantara, seperti Maluku, dan Kalimantan. Namun hubungan perdagangan dengan kerajaan lainnya sudah berlangsung sejak daerah Kerajaan yang lebih awal memeluk agama Islam di Sulawesi Selatan ialah Kerajaan ini juga yang pertama menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Demikian juga peran Ulama dan Raja sangat besar peranannya dalam Islamisasi di Sulawesi Selatan. The entry of Islam in Mandar is a phenomenon because Islam in Mandar entered in an extraordinary way without any rejection from the public in general and from the royal elite, besides that until now Mandar land is still an important reference in learning and deepening Islamic science, especially the learning of the Yellow Book kitta’ kuning in Sulawesi. This study explores how scholars spread Islamic teachings in Mandar and how scholars respond to the very diverse Local Culture of Mandar. In uncovering this, the study used Qualitative Descriptive methods in the form of observations, interviews and focus group discussions FGD. The location of this study is in West Sulawesi by focusing on the villages of Pambusuang and Campalagian Polman. The results showed that Islam entered Mandar peacefully because the way and approach used by scholars in spreading Islam was very in accordance with the situation and conditions of mandar society at that time which was a believer in Animism and Dynamism. The scholars in addition to conveying the teachings of Islam with full policy also make the local culture as an approach in conveying islamic teachings so that Islam enters the community with calm and pleasure. The findings in this study will certainly be very useful in the current proselytizing context, considering that Islam is currently widely highlighted and labeled extreme because one of the causes is preachers who seem to impose their opinions and beliefs on others. seluruh daerah sulawesi selatan dapat diislamkan dengan cara