Beberapawisatawan mancanegara tampak khusyuk mendengarkan tembang macapat, sesekali mereka terlihat menekan tombol shutter untuk mengambil gambar. Meski tidak tahu arti tembang tersebut, saya turut duduk di deretan depan. Ada banyak hal yang bisa disaksikan di Kraton Yogyakarta, mulai dari aktivitas abdi dalem yang sedang melakukan
Filemedia – seperti gambar dengan ekstensi .JPEG dan file musik .MP3 – tidak berbahaya karena mereka tidak dapat berisi kode (walaupun ada beberapa kasus di mana gambar jahat dibuat atau berkas media lain dapat mengeksploitasi kerentanan dalam aplikasi penampil, tetapi ini kasus yang langka dan ditambal dengan cepat).
Yakni selama kepemimpinan Prabu Tawang Alun dengan kerajaannya di Desa Macanputih,Kabat,Banyuwangi. Tawang Alun diyakini keturunan bangsawan Majapahit dari Jember,Jawa Timur. Kemudian mendirikan kerajaan Macan Putih sebagai ibu kota Blambangan. Sebelum menetap di Macan putih, Tawang alun memindahkan pusat pemerintahannya
Unsurunsur estetis yang ditemukan dalam karya sastera ini iaitu penggunaan: (1) tembang Macapat (puisi tradisional Jawa) sebagai struktur penggubah WK, (2) tembung Saroja, (3) tembung Garba atau Sandi, (4) Sasmita . tembang, (6) pemanjangan suku kata, (7) kosakata Kawi, (8) purwakanthi, dan (9)
Unsurunsur estetis yang ditemukan dalam karya sastera ini iaitu penggunaan: (1) tembang Macapat (puisi tradisional Jawa) sebagai struktur penggubah WK, (2) tembung Saroja, (3) tembung Garba atau Sandi, (4) Sasmita tembang, (6) pemanjangan suku kata, (7) kosakata Kawi, (8) purwakanthi, dan (9) perumpamaan dan istilah-istilah khusus.
9Mgq. Macapat Jawa ꦩꦕꦥꦠ꧀ adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata guru wilangan tertentu, dan berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu.[1] Macapat dengan nama lain juga bisa ditemukan dalam kebudayaan Bali,[2] Sasak,[3] Madura,[4][5] dan Sunda. Selain itu macapat juga pernah ditemukan di Palembang[6] dan Banjarmasin.[7] Biasanya macapat diartikan sebagai maca papat-papat membaca empat-empat, yaitu maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata.[8] Namun ini bukan satu-satunya arti, penafsiran lainnya ada pula.[8] Macapat diperkirakan muncul pada akhir Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisanga, tetapi hal ini hanya bisa dikatakan untuk situasi di Jawa Tengah.[9] Sebab, di Jawa Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum datangnya Islam.[9] Karya-karya kesusastraan klasik Jawa dari masa Mataram Baru, pada umumnya ditulis menggunakan metrum macapat.[10] Sebuah tulisan dalam bentuk prosa atau gancaran pada umumnya tidak dianggap sebagai hasil karya sastra namun hanya semacam 'daftar isi' saja.[10] Beberapa contoh karya sastra Jawa yang ditulis dalam tembang macapat termasuk Serat Wedhatama,[11] Serat Wulangreh,[12] dan Serat Kalatidha.[13] Anak-anak dari Pasinaon Omah Kendheng membawakan macapat pada Festival Cipta Media Ekspresi di Taman Budaya Yogyakarta. Puisi tradisional Jawa atau tembang biasanya dibagi menjadi tiga kategori tembang cilik, tembang tengahan dan tembang gedhé.[14] Macapat digolongkan kepada kategori tembang cilik dan juga tembang tengahan, sementara tembang gedhé berdasarkan kakawin atau puisi tradisional Jawa Kuno, tetapi dalam penggunaannya pada masa Mataram Baru, tidak diterapkan perbedaan antara suku kata panjang ataupun pendek.[14] Di sisi lain tembang tengahan juga bisa merujuk kepada kidung, puisi tradisional dalam bahasa Jawa Pertengahan.[15] Kalau dibandingkan dengan kakawin, aturan-aturan dalam macapat berbeda dan lebih mudah diterapkan menggunakan bahasa Jawa karena berbeda dengan kakawin yang didasarkan pada bahasa Sanskerta, dalam macapat perbedaan antara suku kata panjang dan pendek diabaikan.[14]
Ilustrasi pengertian tembang macapat. Foto Unsplash. Apa Itu Tembang Macapat?Ilustrasi membawakan tembang macapat Foto Dok Diskominfo Jawa TengahJenis Tembang MacapatIlustrasi macam-macam tembang macapat. Foto Apa Saja Contoh Tembang Macapat?Ilustrasi contoh tembang macapat. Foto Flicker. Kelek-kelek biyung sira aneng ngendi 12iEnggal tulungana 6aAwakku kecemplung warih 8iGulagepan wus meh pejah 8oDedakane guna lawan sekti 10iKudu andhap asor 6oWani ngalah dhuwur wekasane 10eTumungkula yen dipundukani 10iBapang den simpangi, 6iana catur mungkur 6oKukusing dupa kumelun 8uNgeningken tyas kang apekik 8iKawengku sagung jajahan 8aNanging saget angikipi 8iSang resi kaneka putra 8aKang anjog saking wiyati 8iAnoman malumpat sampun 8uPrapteng witing nagasari 8iMulat mangandhap katingal 8aWanodya yu kuru aking 8iGelung rusak wor lan kisma 8aKang iga-iga kaeksi 8iLumrah tumrap wong ngaurip 8iDumunung sadhengah papan 8aTan ngrasa cukup butuhe 8eNgenteni rejeki tiba 7aLamun tanpa makarya 8aSengara bisa kepthuk 8uKang mangkono bundhelana 8aLan sembah sungkem ipun 7uMring Hyang Sukma elinga sireku 10uApan titah sadaya amung sadermi 12iTan welangsira andhaku 8uKabeh kagungan Hyang Manon. 8oSinengkuyung sagunging prawali 10iJanma tuhu sekti mandra guna 10aWali sanga nggih arane 8eDhihin Syeh Magrib tuhu 7uSunan ngampel kang kaping kalih 9iTri sunan bonang ika 7aSunan giri catur 6uSyarifudin sunan drajat 8aAnglenggahi urutan gangsal sayekti 12 iIku ta warnanira 7aAyo kanca gugur gunung bebarengan 12aAja ana kang mangkir 7iAmrih kasembadan 6aTujuan pembangunan 7aPager apik dalan resik 8iLatar gumelar 5aWisma asri kaeksi 7iMuwah ing sabarang karya 8aIngprakara gedhe kalawan cilik 11iPapat iku datan kantun 8uKanggo sadina-dina 7aLan ing wengi nagara miwah ing dhusun 8iKabeh kang padha ambegan 5aPapat iku nora lali 7iKabeh iku mung manungsa kang pinujul 12uMarga duwe lahir batin 8iJroning urip iku mau 8uIsi ati klawan budi 8iIku pirantine ewong 8oNgelmu iku kelakone kanthi laku 12uLekase lawan kas 6aTegese kas nyantosani 8iSetya budya pengekesing dur angkara 12a
Daftar Isi Pengertian Tembang Macapat Pengertian Tembang Macapat Macam-Macam Contoh Tembang Macapat dan Maknanya 1. Maskumambang 2. Mijil 3. Sinom 4. Kinanti 5. Asmarandana 6. Gambuh 7. Dhandanggula 8. Durma 9. Pangkur 10. Megatruh 11. Pucung a. Pucung b. Durma c. Dhandanggula petikan dari Serat Tripoma Sejarah Tembang Macapat Aturan dan Struktur Tembang Macapat Guru Gatra Guru Lagu Guru Wilangan Macapat adalah salah satu jenis tembang atau puisi dalam bahasa Jawa. Macapat merupakan salah satu karya sastra Jawa yang memiliki perjalanan sejarah panjang dan menjadi penyampai macapat juga sering ditemukan saat acara pertunjukan wayang, pentas karawitan, dan materi pelajaran bahasa Jawa. Simak pengertian dan contoh tembang macapat dalam Bahasa Jawa di bawah ini ya!Mengutip situs Kemdikbud, tembang dapat bermakna syair, gubahan, kidung, atau nyanyian. Kemudian macapat adalah puisi tradisional dalam bahasa Jawa yang disusun dengan menggunakan aturan tertentu. Penulisan tembang macapat memiliki aturan dalam jumlah baris, jumlah suku kata, ataupun bunyi sajak akhir tiap baris yang disebut guru gatra, guru lagu, dan guru tembang macapat disenandungkan tanpa menggunakan iringan apapun, dan lebih mengutamakan pada makna yang terkandung di dalam syairnya. Seiring perkembangan zaman, tembang macapat disenandungkan dengan iringan jurnal Fungsi Sosial Kemasyarakatan Tembang Macapat karya Puji Santosa, ada pula yang berpendapat jika kata macapat berasal dari kata ma + cepat. Artinya tembang macapat cara membacanya cepat, tidak pelan dan lagunya tidak banyak cengkok ragam, gaya.Kemudian ada yang mengartikan kata macapat dengan cara uarwa dhosok keterangan atau uraian kata berdasarkan pada utak-atik bunyinya, yaitu maca membaca + pat empat, pembacaannya empat-empat.Maksudnya jika melagukan tembang itu jeda gatra pertama jatuh pada wanda suku kata yang keempat. Berdasarkan iramanya, macapat juga diartikan sebagai akronim dari kata mat + pat, maksudnya jika melagukan tembang itu menggunakan birama atau penggalan pada nyanyian atau silih pergantinya nada empat-empat, yakni satu birama berisi empat suku Poerwadarminta 1039299 yang dikutip dalam Buku Macapat dan Santiswara karya Darusuprapta, macapat adalah nama jenis tembang yang digunakan dalam gubahan puisi hasil karya sastra Jawa baru yang menggunakan metrum tembang Padmosoekotjo 196018 menyimpulkan tembang macapat adalah jenis puisi klasik dalam kesusastraan Jawa yang terikat konvensi yang mapan berupa guru gatra, guru lagu, dan guru Tembang MacapatMengutip situs Kemdikbud, tembang dapat bermakna syair, gubahan, kidung, atau nyanyian. Kemudian macapat adalah puisi tradisional dalam bahasa Jawa yang disusun dengan menggunakan aturan tembang macapat memiliki aturan dalam jumlah baris, jumlah suku kata, ataupun bunyi sajak akhir tiap baris yang disebut guru gatra, guru lagu, dan guru tembang macapat disenandungkan tanpa menggunakan iringan apapun dan lebih mengutamakan pada makna yang terkandung di dalam syairnya. Seiring perkembangan zaman, tembang macapat disenandungkan dengan iringan jurnal Fungsi Sosial Kemasyarakatan Tembang Macapat karya Puji Santosa, ada pula yang berpendapat jika kata macapat berasal dari kata ma + cepat. Artinya tembang macapat cara membacanya cepat, tidak pelan dan lagunya tidak banyak cengkok ragam, gaya. Kemudian ada yang mengartikan kata macapat dengan cara uarwa dhosok keterangan atau uraian kata berdasarkan pada utak-atik bunyinya, yaitu maca membaca + pat empat, pembacaannya empat-empat.Maksudnya jika melagukan tembang itu jeda gatra pertama jatuh pada wanda suku kata yang keempat. Berdasarkan iramanya, macapat juga diartikan sebagai akronim dari kata mat + pat maksudnya jika melagukan tembang itu menggunakan birama atau penggalan pada nyanyian atau silih pergantinya nada empat-empat, yakni satu birama berisi empat suku Poerwadarminta 1039299 yang dikutip dalam Buku Macapat dan Santiswara karya Darusuprapta, macapat adalah nama jenis tembang yang digunakan dalam gubahan puisi hasil karya sastra Jawa baru yang menggunakan metrum tembang Jawa. Kemudian Padmosoekotjo 196018 menyimpulkan tembang macapat adalah jenis puisi klasik dalam kesusastraan Jawa yang terikat konvensi yang mapan berupa guru gatra, guru lagu, dan guru Contoh Tembang Macapat dan MaknanyaTembang macapat memiliki urutan yang menggambarkan perjalanan manusia sejak masih dalam kandungan hingga meninggal, dimulai dari Maskumambang hingga Pucung. Maskumambang menggambarkan janin yang mengambang dalam rahim ibunya, Sinom yang menggambarkan masa muda, hingga Pucung yang berarti meninggal dan jurnal Mengenal Tembang Macapat karya Agus Efendi yang diterbitkan Univet Bantara Sukoharjo, dalam setiap tembang macapat terkandung nilai-nilai moral, budi pekerti dan berisi petunjuk atau tuntunan tentang perilaku utama yang harus dilakukan manusia dari lahir hingga menjelang ajal. Tujuannya agar dapat mencapai kemuliaan hidup dunia dan Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna karya Zahra Haidar dan juga situs Selopamioro Pemkab Bantul, berikut 11 jenis tembang macapat1. MaskumambangSimbol fase roh/kandungan di mana kita masih mengapung atau kumambang di alam roh yang kemudian di dalam kandungan yang gelap. Karakter tembang ini menggambarkan kesedihan, suasana hati sedang MijilMijil melambangkan bentuk sebuah biji atau benih yang terlahir ke dunia, mijil berasal dari kata wijil yang berarti keluar. Mijil mengisahkan fase bayi manusia mulai mengenal kehidupan dunia, membutuhkan perlindungan. Tembang ini menggambarkan keterbukaan menyajikan nasihat dan tentang SinomSinom berarti pucuk yang baru tumbuh atau bersemi dan menggambarkan masa muda. Tembang ini menceritakan masa manusia tumbuh dan berkembang mengenal hal-hal baru, kesabaran, dan KinantiKinanthi berasal dari kata kanti yang berarti menggandeng atau menuntun. Tembang ini mengisahkan masa pencarian jati diri, pencarian cita-cita dan makna AsmarandanaAsmarandana mengisahkan fase paling dinamis dan berapi-api dalam pencarian cinta dan teman hidup. Gambaran dari tembang ini cinta kasih, asmara, dan juga rasa pilu dan sedih karena GambuhGambuh mengisahkan fase dimulainya kehidupan keluarga dengan ikatan pernikahan suci gambuh. Tembang ini berisi pesan tentang sikap bijaksana, nasihat hidup, persaudaraan, toleransi dan DhandanggulaDhandanggula merupakan fase puncak kesuksesan secara fisik dan mater dhandang=bejana. Namun selain kenikmatan gula manisnya hidup, semestinya diimbangi pula dengan kenikmatan rohani dan DurmaDurma merupakan fase kehidupan harus lebih banyak didermakan untuk orang lain, bukan mencari kenikmatan hidup lagi gula. Tembang ini menggambarkan peristiwa duka, selisih, dan juga kekurangan akan sesuatu berkarakter tegas, keras, dan amarah yang PangkurPangkur merupakan fase uzla pangkur=menghindar, fase menyepi, fase kontemplasi, mendekatkan diri kepada Gusti Allah dan menjauhkan diri dari gemerlapnya hidup. Tembang ini berkarakter gagah, kuat, perkasa, dan hati MegatruhMegatruh merupakan fase penutup kehidupan dunia di mana roh meninggalkan badan megat=memisahkan. Tembang ini mengisahkan kesedihan dan PucungPucung merupakan fase kembali kepada Allah, Sang Murbeng Dumadi, Sangkan Paraning Dumadi. Diawali dengan menjadi pocung jenazah, fase menuju kebahagiaan sejati, bertemu dengan yang Maha Suci. Ada pula yang mengatakan pucung berasal dari kudhuping gegodhongan atau kuncup dedaunan yang segar, tembang ini menceritakan hal-hal lucu dan Beberapa Contoh Tembang Macapata. PucungNgelmu iku kalakone kanthi lakuLekase lawan kasTegese kas nyantosaniSetya budya pengekesing durhangkarab. DurmaPaman paman apa wartane ing ndalanIng ndalan keh wong matiMati kena apaMati suduk saliraIng jaja terusing gigirPan kaniayaBadan kari ngglinthingTerjemahannya Paman ada kejadian apa di jalan, di jalan kok banyak orang meninggal, matinya kena apa ya. Kok matinya ditusuk dari dada sampai ke punggung, betul-betul teraniaya dan bangkainya tidak terutus sampai menjadi tulang dan kulit saja/berserakan tidak terurus bahkan ada yang seperti mumi. Tembang ini merupakan teka-teki yang menggambarkan pedagang tahu kupat yang sedang meracik kupat di atas piring. Kupat bisa dihidangkan di atas piring melalui proses penyiksaan terlebih Dhandanggula petikan dari Serat TripomaPada IWonten malih tuladhan prayogiSatriya gung nagari NgalengkaSang Kumbokarno arane,Tur iku warna diyu,Suprandene nggayuh utami,Duk wiwit prang Alengka,Denya darbe atur,Mring raka pinrih raharja,Dasamuka tan kengguh ing atur yekti,Dene mungsuh IIKumbokarno kinen mangsah jurit,Mring kang raka sira tan nglenggana,Nuhoni kasatriyane,Ing tekat datan purun,Among nyipta labuh nagari,Miwah kang yayah rena,Myang leluhuripun,Wus mukti aneng Alengka,Mangke arsa rinusak ing bala kapi,Punagi mati sederhananya Kumbokarno sebagai ksatria negara tidak mau disuruh kakanya untuk membela rajanya karena kakaknya sebagia pihak yang salah. Namun Kumbokarno ketika melihat sendiri hancurnya negara oleh wadya bala kera merasa geram dan bertekat membela hatinya Kumbokarno tidak rela negaranya hancur oleh musuh. Ia merasa dirinya dan leluhurnya sudah berutang segalanya ke negaranya. Jadi ia maju perang bukan karena membela kakaknya tetapi membela negara yang sangat tembang ini menunjukkan sikap Kumbokarno terhadap negaranya adalah ikut andarbeni/memiliki, angrungkebi/akan berkorban demi negara, mulat salira angrasa wani/mawas diri atau introspeksi sang Kumbokarno berani bertanya kepada dirinya, 'Jangan bertanya negara sudah memberi apa kepada kamu tetapi tanyalah dirimu sendiri apa yang sudah kamu berikan untuk negaramu'.Sikap andarbeni, angrungkebi, mulat salira angrasa wani, ini bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, kantor, tempat menuntut ilmu atau di mana Tembang MacapatMengutip jurnal Fungsi Sosial Kemasyarakatan Tembang Macapat karya Puji Santosa yang diterbitkan Kemdikbud, tembang Macapat merupakan karya sastra Jawa yang sudah lama dikenal. Konon macapat diturunkan dari dewa kepada pendeta Walmiki dan diperbanyak sang pujangga istana Yogiswara dari Serat Mardawalagu yang dikarang Ranggawarsita, macapat merupakan singkatan dari frasa maca-pat-lagu yang artinya ialah melagukan nada keempat. Selain maca-pat-lagu, masih ada lagi maca-sa-lagu, maca-ro-lagu, dan termasuk tipe tembang gedhe yang jumlah bait per pupuh bisa kurang dari empat. Sementara jumlah suku kata dalam setiap bait tidak selalu sama dan ini diciptakan oleh atau kategori yang ketiga adalah tembang tengahan yang konon diciptakan oleh Resi Wiratmaka, pendeta istana Janggala dan disempurnakan oleh Pangeran Panji Inukartapati dan itu, dalam buku Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna karya Zahra Haidar yang diterbitkan Kemdikbud, ada yang berpendapat tembang macapat diciptakan Prabu Dewawasesa atau Prabu Banjaran Sari di Sigaluh pada 1279 Masehi. Pendapat lain mengatakan macapat tidak hanya diciptakan satu orang, tapi oleh beberapa wali dan pencipta itu antara lain Sunan Giri Kedaton, Sunan Giri Prapen, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Muryapada, Sunan Kalijaga, Sultan Pajang, Sultan Adi Eru Cakra, dan Adipati Nata Praja. Pada saat wali sanga menyebarkan Islam, tembang macapat juga digunakan sebagai media dakwah. Syair yang terkandung dalam tembang macapat juga banyak yang menyiratkan nilai-nilai yang diajarkan Al-Qur' dan Struktur Tembang MacapatTembang macapat memiliki tiga unsur yakni guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Berikut pengertiannyaGuru GatraGuru pathokan/pedomanGatra larik/barisSetiap jenis tembang dalam setiap baitnya memiliki pedoman-pedoman berbeda-beda terhadap jumlah LaguGuru pathokan/ jatuhnya aksara vokal di akhir kata dalam setiap jenis tembang mempunyai pedoman yang sudah tidak bisa diganti tentang jatuhnya aksara vokal dalam setiap akhir kata dan setiap WilanganGuru pahotkan/pedomanWilangan jumlah suku kata/wanda dalam setiap barisSetiap jenis tembang mempunyai pedoman yang sudah ada dan tidak bisa berubah tentang jumlah wanda/suku kata dalam setiap Tangkapan Layar Buku Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna terbitan KemdikbudSetiap tembang boleh jadi terdiri dari beberapa bait pada. Pada adalah pedoman banyaknya baris, suku kata wanda, dan jatuhnya aksara vokal guru lagu di dalam satu jenis bisa disebut bait yang memiliki norma dalam penyusunannya. Selain itu, ada pula pengelompokan beberapa tembang macapat ke dalam kelompok pupuh.Nah, itulah contoh tembang macapat dan pengertiannya. Semoga membantu kamu memahami tentang tembang macapat ya detikers! Simak Video "MAKI Bakal Bawa Perkara 75 Pegawai KPK ke MK" [GambasVideo 20detik] ams/fds
Tembang Macapat – macapat adalah jenis lagu tradisional dari Jawa Tengah, Indonesia. Lagu ini memiliki sejarah panjang dan memegang peran penting dalam budaya masyarakat Jawa. Dalam artikel ini, kami akan membahas lebih dalam tentang contoh macapat, mulai dari sejarah, cara bermain, hingga contoh-contoh lagu macapat. Sejarah Macapat Macapat berasal dari Jawa Tengah dan memiliki sejarah yang sangat panjang. Lagu ini dikenal sejak abad ke-15 dan mulai populer selama masa kerajaan Mataram. Lagu ini digunakan untuk berbagai acara, seperti upacara adat, hari raya, dan acara-acara sosial lainnya. Cara Bermain Macapat Macapat biasanya dimainkan dengan alat musik tradisional Jawa, seperti gamelan. Lagu ini dibawakan dengan nada yang lembut dan harmonis, membuatnya sangat cocok untuk acara-acara sosial. Dalam bermain macapat, biasanya ada beberapa orang yang berkumpul dan memainkan alat musik bersama. Contoh Macapat Berikut adalah beberapa contoh lagu macapat Macapat Mijil Macapat Megatruh Macapat Maskumambang Macapat Laras Pamungkas Faqs Q Bagaimana cara memainkan macapat? A Macapat biasanya dimainkan dengan alat musik tradisional Jawa, seperti gamelan. Dalam bermain macapat, biasanya ada beberapa orang yang berkumpul dan memainkan alat musik bersama. Q Apakah macapat hanya dimainkan di Jawa Tengah? A Tidak, meskipun macapat berasal dari Jawa Tengah, lagu ini juga dapat ditemukan di beberapa wilayah lain di Indonesia. Q Apakah macapat memiliki sejarah yang panjang? A Ya, macapat memiliki sejarah yang sangat panjang dan dikenal sejak abad ke-15. Kesimpulan Macapat adalah lagu tradisional yang berasal dari Jawa Tengah, Indonesia. Lagu ini memiliki sejarah panjang dan memegang peran penting
- Tembang adalah lirik atau sajak yang memiliki irama nada sehingga dalam bahasa Indonesia disebut sebagai lagu. Dikutip dalam Serat Kandha Suluk Tembang Wayang 2021 karya Bram Palgunadi, karya-karya sastra klasik Jawa dari masa Mataram Baru, umumnya ditulis dalam bentuk tembang macapat. Sebuah tulisan dalam bentuk prosa dalam bahasa Jawa disebut gancaran. Beberapa karya sastra Jawa yang ditulis dalam bentuk tembang macapat, misalnya Serat Wedha-Tama, Serat Wulang-Reh, dan Serat Kala-Tidha. Secara umum, tembang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu tembang cilik, tembang tengahan, dan tembang gedhe. Macapat termasuk dalam tembang cilik dan tembang tengahan. Berikut 11 jenis tembang Macapat, yakni Pangkur Dalam Serat Purwa-Ukara, Pangkur diberi arti bumtut atau ekor. Oleh karena itu, Pangkur kadang-kadang diberi sasmita atau isyarat 'tut pungkur' yang berarti mengekor. Sesuai sifat, karakter, atau wataknya, Tembang Pangkur lazim digunakan untuk menampilkan suasana saat seseorang berusaha memberikan nasehat kehidupan kepada orang lain, supaya orang tersebut mengikuti nasehat yang diberikan dan menempuk hidup yang baik. Contoh Tembang Pangkur Mingkar-mingkuring ukaraAkarana karenan mardi siwiSinawung resmining kidungSinuba sinukartaMrih kretarta pakartining ilmu luhungKang tumrap ing tanah jawaAgama ageing aji Baca juga Lagu Daerah Pengertian, Fungsi, dan Cirinya Maskumambang Maskumambang dapat berarti punggawa yang melaksanakan upacara Shamanistis, mengucapkan mantra atau lafal dengan cara manembang, disertai sajian bunga. Dalam Serat Purwa-Ukara, istilah maskumambang berarti ulam toya yang artinya ikan air tawar. Sehingga kadang-kadang diisyaratkan dnegan gabar atau lukisan ikan yang sedang berenang.
tembang macapat dapat ditemukan di musik